Jumat, 07 Mei 2010

VARIASI MENU YANG MAKIN LENGKAP di DE KOELINER





Hadirnya tenan baru dengan brand MEXICANA semakin menambah lengkap Variasi menu di De Koeliner.







Mexicana hadir di De Koeliner dengan menawarkan menu-menu yang lain dari tenan-tenan sebelumnya. Konsep menu Amerika Latin sengaja di hadirkan tenan Mexicana karena menu tersebut belum pernah ada di De Koeliner, dengan pangsa pasar De Koeliner untuk kelas Menengah ke atas diharapkan menu masakan Mexico dapat diterima oleh para pengunjung. 

READ MORE - VARIASI MENU YANG MAKIN LENGKAP di DE KOELINER

Kamis, 06 Mei 2010

Red Crispy : Organic Fried Chicken segera bergabung di De Koeliner

Header2

MENU MIE GORENG

  • Mie Goreng Jawa, Mie Goreng Crispy, Mie Rebus Jawa, Kwetiau

MENU CRISPY

  • Crispy Chicken Cheese Souce, Crispy Chicken, French Fries, Crispy Chicken + rice
  • Crispy Chicken + French Fries, Crispy Chicken + Soup + Rice, Crispy Cordon Bleu,
  • Crispy Chicken + omelet + Rice, Crispy Chicken + BBQ Sauce + Rice, Crispy Burger,
  • Cheese Crispy Chicken

PostHeaderIcon Redcrispy, Fast Food Sehat & Higienis

READ MORE - Red Crispy : Organic Fried Chicken segera bergabung di De Koeliner

Sabtu, 19 September 2009

PIATTO: Sajian Eropa Suasana Nusantara

Sepiring Sajian Khas Itali di Persimpangan 5 Jatibening Bekasi



Bekasi, kelanakuliner,
Anak saya bilang dan bertanya
"Kalo di luar negeri Eropa sana ada meatball, di Indonesia ada bakso.... di sana ada soup di sini ada soto, di sana ada salad di sini ada lalapan atau gado-gado, di sana ada barbeque, di sini ada sate, di Itali ada spaghetti di sini ada bakmi... jadi apa istimewanya makanan dari luar negeri itu Abi?"

Ya istimewanya keunikan rasanya yang mungkin akan terasa jauh berbeda sesuai kondisi budaya, kebiasaan dan ketersediaan rempah bumbunya. Indonesia sendiri menunya dominan lebih spicy (pedas dan tajam) sedangkan masakan barat cenderung lebih hambar, terkecuali bila dibumbui dengan rempah khusus yang memang spicy, seperti lada hitam dan atau yang sejenisnya.

Hmmmm....! Kalau sudah begini saat saya menemui pemilik konter PIATTO salah satu tenant di De Koeliner, maka saya pun berusaha mencari tahu apa istimewanya masakan ala Itali di tempat itu. Saya lagi membayangkan mudah-mudahan ada yang pedas dan sesuai dengan selera Sumatera saya....

Melihat sajian masakan berkarbohidratnya seperti Fettucini... (hmmmmm gue inget sama kwetiaw yang ada di tempat makana bakmie favorit gue di gang Kenari, deket UI). Sajian mie gepeng ini dihiasi pasta mayonaise (buat sebagian orang ini nikmat, tapi buat selain mereka ini sangat menjijikkan.... yah namanya juga selera). Hiasan daun sledri dan taburan potongan kecil daging cincang membuat air liur saya mau keluar... sayang gue harus bayar mahal... so nggak jadi mencicipi makanan unik Itali itu dengan gratis.

Toh akhirnya gue juga harus memilih Meatball Cheese with frenchfries. Gue juga terpaksa merogoh kocek Rp. 24.000,- biar giliran anak saya Lulu Ammantsura atau Rizal dan ummi Ineke yang memang jadi juru nilai rasa. Buat saya, sayang makanan semahal ini saya nikmati sendiri, mending biar mereka saja yang menilai sampai seberapa besar skor yang bisa didapat untuk 7 potong bulatan daging dan kentang goreng Perancis dengan bumbu coklat (brown sauce). Saya sendiri sempat mencuri bau harumnya, namun biar nanti sang juri yang menentukan, apakah makanan ini memang bernilai serta berkelas untuk masuk kategori "yang direkomendasikan"?

Lepas dari masalah itu semua, kembali ke cerita sang pemilik usaha yang baru saja memulai usaha kuliner ini dan memang baru memiliki satu outlet di De Koeliner. Sang pemilik mengungkapkan, sebenarnya ada satu tempat di Kemang Pratama Bekasi, sebut saja namanya Rumah Makan HEMA, yang juga menyajikan menu serupa dengan PIATTO, namun harganya relatif lebih tinggi. Menurut penilaiannya, masalah rasa, jelas menu sajian PIATTO bisa dibandingkan dan pantas diadu dengan produk sajian HEMA atau Pizza Hut, tapi masalah harga jelas PIATTO jauh lebih murah dibanding mereka.

"Loh, kok bisa? Apa rahasianya bos?" tanya saya pada sang pengelola PIATTO, yang saya temui 3 hari menjelang lebaran Aidil Fitri 1430 H itu. Sang lelaki paruh baya itu hanya tersenyum menjawab, "Kuncinya di ramuan dan rempah-rempah yang kami dapatkan jelas lebih murah namun kualitasnya terjamin sehingga menghasilkan cita rasa yang tinggi." (lah... kok rasanya belum menjawab pertanyaan gue? Ah forget it lah)

Terus bagaimana dengan menu lainnya seperti Spaghetti Bolognaise? Atau Cream Soup nya? Terus kebetulan buka puasa maunya yang manis-manis, sayangnya Orange Cocktail Soda dan Fruit Cocktail Sodanya sudah habis.... hmmmm kalau saja masih tersisa, pastilah gue bisa ngerasain nikmatnya....!

Sidik Rizal

Berikut menu yang saya dapat dari PIATTO de Koeliner


NoMENUPRICE




SOUP
1CREAM SOUP with SMOKED BEEF / SAUSAGE / MUSHROOM                         9.500




SAUSAGES / MEATBALL  With FRENCH FRIES
2BEEF BOCKWURST SUPER JUMBO                       21.500
3BEEF BOCKWURST                       19.000
4CHICKEN BOCKWURST (BROKOLI / JAGUNG / WORTEL )                       19.000
5CHEEZY  SAUSAGE  (KEJU)                       19.000
6MEATBALL SAUSAGE (BEEF / CHEESE / SPICY)                       19.000
7MEATBALL WITH BROWN SAUCE & FRENCH FRIES                       24.000




PASTA
7SPAGHETTI BOLOGNAISE                       17.500
8SPAGHETTI CARBONARA                       17.500
9FETTUCCINE                       17.500
10MACARONI SCHOTEL (PACK)                       18.500




FRIED RICE
11FRIED RICE with SMOKED BEEF                       14.500




SIDE DISH
12FRENCH FRIES                         7.500
13CHOCOLATE PUDDING                         6.000
14BITTER BALLEN *                       10.000
15CHEESE CROQUETTE *                       12.000
*) Tersedia hari Jumat - Minggu

COCKTAIL



17ORANGE COCKTAIL SODA                         9.500
18FRUIT COCKTAIL SODA                         8.500
READ MORE - PIATTO: Sajian Eropa Suasana Nusantara

Senin, 14 September 2009

Pondok Ayam Kampung Dadakan: Ayam Kampung yang Nggak Kampungan

Apabila anda ingin makan enak dengan sajian serba baru dan dimasak dadakan,...Ehm...datang dan nikmati sajian kami dengan penuh keramah tamahan, dijamin membuat kenyang dan yang pasti murah...... (tagline iklan Pondok Ayam Kampung Dadakan)




Bekasi, de koeliner.com - kelanakuliner.com
Memilih tempat makan pujasera mungkin Anda akan kesulitan saat memilih menu masakan yang hendak kita santap. Lain halnya bila kita memang sudah tahu apa yang hendak kita pilih untuk kita makan, baik itu sudah tahu apa yang hendak kita makan sebelum masuk pujaseranya, atau sudah tahu tujuan yang akan kita pilih di tempat favorit kita.



Masuk ke pujasera De Koeliner, bila anda favorit dengan menu masakan ayam goreng atau bakar, maka saya hanya bisa merekomendasikan Pondok Ayam Kampung Dadakan. Anda sendiri tahun mengapa disebut dengan Ayam Kampung Dadakan bukan? Bila tidak, inilah yang saya informasikan buat Anda, karena Anda mun gkin baru pertama kali berkunjung di de Koeliner, maka pastinya Anda dadakan tiba di tempat baru buat Anda, bila Anda sudah pernah berkunjung setidaknya pasti mencoba semua yang serba cepat alias instan. Mungkin kata dadakan bisa menggantikan istilah menu masakan instan yang memang sudah cukup populer di tengah kita.


Bertemu dengan Eman Suhada, salah seorang pegawai negeri yang akhirnya mencoba buka usaha kuliner menu masakan yang menurutnya sudah amat dikenal di daerah asalnya. Jangan heran menu masakan ayam goreng maupun ayam bakar adalah pilihan favorit orang kebanyakan. Cuma Eman ingin menyajikan kemasan yang berbeda, mulai dari namanya yang instan alias dadakan.

Ayam kampung yang telah direbus sedemikian hingga dengan bumbu-bumbu rempah khusus dengan cara ungkeb, kemudian secara utuh belum terpotong, digantung di etalase, yang kemudian siap untuk disajikan dalam bentuk masakan goreng atau bakar.

Dengan konsep sederhana, Eman Suhada lelaki beranak 2 ini membuat setiap sajian masakan ayam kampungnya cepat bisa dinikmati oleh para pelanggan. Kalau anda mau tahu, ada hal unik dari pegawai negeri yang sering berurusan dengan usaha ternak ayam broiler ini. Namun dia lebih suka dengan menu masakan ayam kampung buat usaha kulinernya. Selisih harga yang lebih mahal tidak mengendurkan niatnya, malah tetap dia ingin meneruskan usahanya dengan sajian utama ayam kampung. Lelaki yang kelahirannya sama dengan ibu Kartini tanggal 21 April 1969 ini menambahkan bahwa selain masalah rasa, tampilan dari ayam kampung yang bisa dinikmati para calon pelanggannya bisa dilihat saat berkunjung ke satu pondok sajianya di pujasera De Koeliner.

Satu hal yang perlu Anda  ingat adalah saat Anda masuk ke pujasera De Koeliner, maka posisi Pondok Ayam Kampung Dadakan yang ada di sisi sebelah kanan dari pintu masuk pujasera, tepat di tengah area. Di sana Anda akan melihat berjejer beberapa ayam kampung siap saji yang telah diunkeb dan dibumbui siap untuk dipanaskan baik disajikan dengan digoreng atau dibakar sesuai dengan selera Anda. :a;u mengapa ayamnya tergantung setengah matang? Eman Suhada, yang juga guru bimbingan konseling ini menjelaskan bahwa keinginan banyak orang ingin merasakan menu makanan "segar" langsung dari tempat masaknya (fresh from cooking) maka kami menyiapkan sebelumnya ayamnya setengah matang yakni diungkeb dengan bumbu rempah. Bila pelanggan datang memesan, maka akan disiapkan sesuai selera apa mau digoreng, dibakar atau dipepes. Sehingga waktu penyajian cukup singkat sekitar 5 s/d 10 menit dan siap disantap di meja pelanggan, karena itulah namanya disebut dadakan (instan), demikian tambah Eman yang sempat belajar usaha kuliner setahun silam ini.

Pilihan menunya pun cukup ekonomis, bila Anda datang sendiri anda bisa pilih menu dalam porsi kecil, sedangkan bila Anda datang bersama keluarga bisa dalam porsi besar. Masalah rasa, sebaiknya langsung saja Anda datang ke De Koeliner atau reservasi di no telp. (021) 7065.7260. Buruan kebur keabisan, Bro and Sis!!!!

Sidik Rizal - dobeldobel.com
READ MORE - Pondok Ayam Kampung Dadakan: Ayam Kampung yang Nggak Kampungan

Sabtu, 12 September 2009

The Kitchen: Menu Internasional Harga Fenomenal

Tepanyaki - Sirloin Steak - Sop Buntut - Sop Iga
Selera lezat di Jatibening, Harga nggak bikin pening


Bekasi, kelanakuliner.com
Menikmati makanan yang diolah langsung oleh sang Chef profesional sekaligus juga supplier bahan makanan ke resto besar, maka Anda bukan saja akan dimanja dalam hal rasa dan selera, tapi juga tak perlu harus merogoh kantung terlalu dalam serta tak perlu lagi ke Jakarta atau hotel-hotel besar untuk menikmati makanan berkelas bintang lima seperti Sirloin Steak, Tepanyaki, Sop Buntut, Tepan Seafood dan menu lainnya.

Kini Anda bisa langsung bertemu sang maestro memasak yang baru saja buka di DeKoeliner, sebutlah dia Chef Amin, di foodcourtnya yang berlabel The Kitchen. Lokasinya yang tepat di depan pintu gerbang DeKoeliner di sebelah kanan pengunjung saat masuk dimana seolah jadi simbol ikonik selamat datang De Koeliner, Pusat Jajan Serba Ada yang berkonsep family resto di bilangan simpang 5 Tol Jatibening.

Memiliki lokasi strategis tepat di depan pintu masuk bukan merupakan keuntungan semata bila saja The Kitchen tidak memberikan kepuasan kepada pelanggan dalam hal rasa dan harga. Beruntung sang pemilik, yang bernama lengkap Amin Trisno, yang kebetulan mempunyai kiat tersendiri dalam mensiasati harga bahan-bahan import berkualitas dengan harga tetap ekonomis, sehingga masalah harga bisa disesuaikan dengan kondisi pasar di Jatibening.


Tapi memang dasarnya dewi fortuna sedang berpihak kepada The Kitchen, karena sebagai salah satu tenant De Koeliner, mungkin hanya counter inilah yang tidak bermasalah dengan kebijakan harga makanannya dan mempunyai pelanggan baru lebih banyak dari yang lainnya. Apa pasal? Chef Amin membuka sedikit rahasianya, bahwa karena hubungannya dengan beberapa kolega-kolega lama di bisnis resto selama beberapa tahun inilah salah satu modal utamanya, ujarnya tersenyum.

Apalagi dari outlet lain yang dia miliki di Jakarta,seperti Blok M, Pasaraya Grande kemudian BintaroPermai serta Taman Ria Ancol, semuanya itu memiliki harga yang relatif lebih mahal daripada yangditerapkannya di DeKoeliner. Biarpun begitu, Amin, lelaki kelahiran 19 April 1975 ini masih menunggu waktu untuk menyesuaikan harga karena belum mengetahui secara pasti captive market dari segment pasar yang ada di DeKoeliner Jatibening Bekasi ini.


Terlepas dari masalah kebijakan harga yang menurut saya lumayan murahlah terjangkau, saya mencoba Sop Buntut sapinya yang katanya luar biasa maknyuss itu....Memang saya langsung percaya, apa? Nanti dulu.... saya harus mencobanya...Siapa tahu Bondan Winarno belum pernah mencicipinya, "so I am the first tester!, pak Bondan, wait for my comment to this extraordinary food...! Hehehe Jieh!!!!"
Sebenarnya banyak pilihan yang ditawarkan, tapi saya hanya mau yang paling cepat disajikan saja. Jadilah Sop Buntut sapi yang terpilih buat lidah saya yang peka dan maunya "gratisan" ini..... hehehehehe! Ternyata rasanya itu Sop Buntut kayak bukan buntut sapi tapi ya daging di tulang ekor sapi...hehehehe sama aja ya?)

Weitttt! Ternyata luar biasa NYAMLENG, mantab buanget bro rasanya, kaldunya begitu nendang (pokoknya wat-dezig banget bos!) Menurut Chef Amin, ayah dari 3 orang anak ini, pengalamannya selama bekerja jadi koki perhotelan kemudian terus meningkat karirnya jadi supplier untuk beberapa chef hotel mitra serta koleganya ini serta kecintaannya pada dunia usaha kuliner membuat dia memusatkan tenaga dan pikiran untuk buka outlet baru di pasar Bekasi.


Dengan strategi harga yang dia terapkan, maka pada hari pertama saja sudah ada pelanggan yang langsung jatuh hati dengan menu sajian utamanya, apalagi dengan harga yang relatif jauh lebih ekonomis dibandingkan dengan menu makanan serupa di tempat lain dekat De Koeliner namun harganya selangit. Harga yang dibandrol di The Kitchen mulai dari Rp. 7.000,- hingga Rp.45.000,- jadi apalagi yang ditunggu, buruan serbu The Kitchen your next door food court!

Mungkin ini adalah nilai lebih yang dimiliki The Kitchen, sekarang tinggal bagaimana pelanggan nanti menentukan. Mau mencoba menu masakan ala Jepang dan barat di De Koeliner? Kalau begitu minta saja menu khusus di The Kitchen, seperti Sirloin Steak, Gindara Batanyaki, Chicken Sirloin Steak, Teppan Kombinasi/Nara, Beef Yakiniku, Teppan Sirloin, Teppan Seafood, Teppan Spicy Shrimp dan Sop Iga.
Anda tertarik membuat reservasi dengan The Kitchen? Hubungi saja (021) 707.32.855 atau emailto aminalamjaya@yahoo.com
------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR MENU SAJIAN
Tenderloin Steak Rp.18.000,-
Sirloin Steak Rp.16.000,-
Tuna Steak Rp.14.000,-
Beef Steak Rp.14.000,-
Chicken Steak Rp.13.000,-
Baby Kaylan/Brocoli (Cah Sapi, Ayam, Jamur) Rp.15.000,-
Cap Cay Rp.13.000,-
Sop Iga Sapi Rp.15.000,-
Sop Buntut Rp.19.000,-

TEPPANYAKI

Teppan Chicken Rp.13.000,-
Teppan Gindara Rp. 13.000,-
Teppan NZ. Tenderloin Rp. 28.000,-
Teppan Tuna Rp.13.000,-
Teppan Seafood Rp.30.000,-
Teppan NZ. Sirloin Rp. 27.000,-
Teppan Slice beef with mushroom Rp.15.000,-
Teppan Spicy Shrimp Rp. 29.000,-
Sea food Meat Combo Rp. 30.000,-

ALACARTE
Es Cream Goreng Saus Madu Rp. 9.000,-
Chicken / Beef Teriyaki Rp. 14.000,-
Chicken / Beef Katsu Rp. 16.000,-
Beef Yakiniku Rp. 14.000,-
Gindara / Tuna Batayaki Rp. 16.000,-
Nasi Goreng Jepang Rp. 12.000,-
OCHA/Teh Jepang/Cup Rp. 2.500,- atau Rp.10.000,-/Poci
READ MORE - The Kitchen: Menu Internasional Harga Fenomenal

Jumat, 11 September 2009

Gandaria Steak mau masuk ke De Koeliner?

Where the Good Taste Begins
Pelopor Makanan Enak Dimulai di Tempat Ini


Jakarta, kelanakuliner.com
Pada mulanya saat saya bertemu dengan sang General Manager, Deddy Ardianto adalah saat saya berkunjung ke BCP (Bekasi Cyber Park). Kebetulan setelah saya diperkenalkan dengan seorang kolega, maka Deddy Ardianto, yang kebetulan juga mempunyai outlet New Sunda Gandaria ada di sana.

Dari rencana awal mengangkat makanan lokal di BCP, milik New Sunda Fandaria, akhirnya saya diminta oleh sang manajer yang sudah bertahun-tahun bekerja di bidang usaha resto ini, meminta saya untuk berkunjung ke Gandaria Steak.

Kedengarannya suatu hal yang menyenangkan, kenapa nggak. Saya pun segera mengatur janji dan sudah nggak sabar meluncur ke tempat makanan ala western ini di bilangan Kebayoran Baru. Semua orang sudah mahfum lah, kalau Blok M dan sekitarnya itu memang gudangnya resto keren dan factory outlet serta pusat perbelanjaan modern. Ohhhooooiiii, jadi kepengen aja ke sono.

Di hari yang telah dijanjikan kami saling bertemu, dan setelah muter-muter seputar Gandaria serta Radio Dalam, saya cari tempat Gandaria Steak nggak terlalu njelimet, karena di samping hampir semua orang tahu tempat itu, mulai dari tukang parkir, polisi dan pedagang gerobak di pinggir jalan kayaknya lokasi Gandaria Steak memang lumayan strategis dan mudah aksesnya dari semua arah.

Mau dari arah Kebayoran Lama, atau Pondok Indah atau dari arah Blok M? Semuanya gampang menuju tempat yang lumayan etnis dan modern di bagian dalamnya ini. Setelah memarkir kendaraan motor saya, saya pun segera masuk dan menemui waiter yang sedang bertugas dan bilang ke dia mau bertemu dengan Mr. Deddy Ardianto. And well, I've got to take a seat. And I got a lemon tea for a start.

Good news for me.... Ya emang seh kebetulan aja gue udah bikin janjian. Padahal sewaktu gue temuin si Deddy, dia sedang berbincang dengan staffnya. Gak pake lama, begitu ngelihat gue, sang general manager ini meminta saya untuk duduk di tempat bagian yang paling nyaman dekat saung Gandaria Steak. Saya pun melihat ada beberapa brand lain yang bekerja sama dengan Gandaria Steak. For a good sake, I asked him did I have to write down that brand... He just said no, I didn't have to.

Sebentar kemudian, akhirnya saya pun ditawari makan menu andalannya yakni Sirloin Steak dengan bumbu barbeque dan siraman mayonaise. Sebotol sambal pedas menemani piring Sirloin Steak Gandaria. Hmmmmm dari tampilannya saya nggak jadi berniat bawa pulang dan minta steak ini dibungkus. Nggak tahan euy, lihat bentuknya. Mending gue nikmati sendiri, kali aja memang pantas untuk dinikmati sendiri. Dasar rakus beutz...

But what a heck... sehabis gue menyantap habis itu steak, badan gue terasa panas mulai dari perjalanan pulang hingga tiba di rumah. Sialan! ternyata steak Gandaria memang luar biasa panasnya. Mungkin karena efek mayonaise yang menghiasi steak lezat ini. Gila aja, masa rasa panasnya turun ke bawah. Padahal gue nggak yakin, kalo steak ini bakalan sepanas ini. Apa bisa gue masukin kategori aphrozidiaks kali yah. Libido (maaf... mungkin lebih tepat "hasrat" kali yah?) gue kayaknya seh nggak terlalu tinggi, tapi rasa panas di dada dan perut yang lumayan bikin gue berkeringat habis, mau nggak mau ya gue mandi berlama-lama di kamar mandi. Tadinya gue mau berendam di bak mandi. Tapi.... ah lupakan... nanti bisa-bisa gue berbuat yang nggak-nggak di dalam bak.

Pada intinya, Sirloin Steak dari Gandaria Steak memang Ruaarrrrr Biasssah... bukan hanya lezat, tapi bisa bikin badan kita hangat sekaligus.... hmmmm (gue nggak yakin akan sama efek buat setiap orang) libido kita naik... (mudah-mudahan gue bohong neh... hehehe... karena bisa-bisa kalo bener begitu yang bakalan jadi sponsor neh restoran cuma Kratingdaeng, Hemaviton, Hormoviton... atau lebih parah lagi DUREX atau FIESTA... huhuhu :P)

Mau coba Gandaria Steak yang berlokasi di Gandaria Tengah II no. 7, Jakarta Selatan ini?
Gue jamin romantisme antara Anda dan pasangan naik seratus delapan puluh derajat! (Huwaduh apa iya yah?)

Sidik Rizal - dobeldobel.com
Tulisan lain yang berkaitan dengan Gandaria Steak adalah berikut ini:

Di Kebayoran, nama Gandaria Steak tak asing lagi di telinga. Salah satu resto steak yang hadir dikawasan gandaria tahun 2002 silam ini telah mengalami peningkatan omzet per harinya yang mencapai 300 orang dalam satu hari.Semenjak berdiri, tempat makan yang menghadirkan steak sebagai menu favorit ini tidak pernah mengalami penurunan pelanggan.

Pelanggannya berasal dari anak muda dan eksekutif muda. Tempat ini juga dapat dijadikan ajang arisan oleh para ibu-ibu karena tempatnya yang nyaman. Selain itu acara meeting dan gathering sering diadakan di sini.
Dibukanya Gandaria Steak ini tentu saja didasari atas potensi pasar yang besar dan terus meningkat di kawasan Jakarta Selatan khususnya di daerah Kebayoran yang mayoritas masyarakatnya berada digolongan menengah ke atas. Meningkatnya kebutuhan kaum urban akan makanan dan suasana yang nyaman itulah yang kemudian ditangkap oleh Gandaria Steak.
Gandaria Steak menawarkan aneka menu lokal dan impor. Menu favoritnya antara lain tenderloin setak import maupun sirloin steak lokal. Untuk menu Indonesianya bisa dipilih masakan seperti Timbel Komplit dan Sop Buntut Goreng yang segar.
Kapasitas tempat duduknya mencapai 134 orang dengan perincian dua VIP Room yang dapat menampung 24 orang, dua buah saung yang masing-masing dapat mempung 10 orang, teras 60 orang dan Dining Room 30 orang. Gandaria Steak buka dari pukul 10 pagi hingga tengah malam.

Gandaria Steak ini menawarkan berbagai macam menu internasional dan lokal. Menu favoritnya antara lain tenderloin setak import maupun sirloin steak lokal. Untuk menu Indonesianya bisa dipilih masakan seperti Timbel Komplit dan Sop Buntut Goreng yang segar. Sedangkan untuk menu chinese food banyak diminati menu masakan ayam seperti Ayam Goreng Rica-Rica, Nasi Goreng Seafood, Gurame Asam Manis dan Gurame Goreng. Selain itu Gandaria Steak juga ber-partner dengan Ayam Bakar Ghantari di pojokkan bulungan yang sudah terkenal kelezatannya untuk mengisi menu di sana.

Berdasarkan nostalgia dua tahun lalu, malam itu kami memesan dua porsi steak Gandaria yaitu steak potongan has dalam (tenderloin) dengan sedikit lemak. Saus black pepper untuk istri ku dan mushroom untuk ku. Sedangkan minumnya adalah ice lemon tea.

Steak hadir di atas hot plate dengan asap yang mengepul. Aroma yang keluar benar-benar menggoda hati ingin segera menyantapnya. Irisan dan suapan pertama segera kulakukan. Wah kok alot dan kering begini ? Ini tanda-tanda steak yang terlalu matang. Setelah kuingat-ingat ternyata aku yang lupa untuk meng-order yang "medium rare".

Menurut teori, steak yang dimasak dengan tingkat kematangan medium akan jauh lebih empuk dan nikmat dibandingkan dengan yang "well done".

Sausnya lumayan lah namun sepertinya restoran ini menggunakan saus instan dan bukan yang home made langsung. Saus jamur yang kurasakan di warung pinggir jalan ala hawkerant Mak Place di Singapore jauh lebih nikmat dan makyus. Porsi kentang goreng dan sayurannya jauh menurun dibanding dua tahun lalu, padahal untuk harga telah terjadi penyesuaian yang tadinya hanya Rp25rb menjadi Rp35rb seporsinya.

Ya sudahlah mungkin malam itu cuma kami saja yang sial karena kokinya baru :) Lain kali aku akan pesan ayam bakarnya saja yang rasanya lebih stabil enaknya.
-----------------------------------------------------------------------

Kebayoran baru surganya makanan dan FO. Salah satu yang cukup tersohor dan masyhur di kawasan ini adalah Ayam Bakar Ganthari cabang dari Kebon Jeruk yang berlokasi di Gandaria Steak House dan Burger Cooker (mungkin akibat dari menjamurnya burger blenger dan sandwich bakar di seantero Jakarta).

Tujuan pertama, adalah Steak House Gandaria. rumah makan dengan banyak cermin di dalamnya. sayangnya, mungkin gue perginya pas waktu berbuka jadi terlalu banyak orang di dalam situ sehingga para pegawainya terkesan menyuekin gerombolan kita. Bad impression dech. makanannya sendiri gak begitu mahal hingga yang mahal juga ada.

Ayam bakar gantharinya memiliki sambel yang enak sekali, Patut lah buat dicoba! Dengan harga 11000 untuk nasi dan ayam, wah worthed banged tuch. Minumannya gue kebetulan bawa dari rumah. Untuk acara makannya sendiri bisa milih, bisa di bagian dalam atau di luar, di area pondokan. Cukup worthed buat dicoba, walaupun pelayannya agak agak cuek sama pengunjung yang datang. Bad impression sedikit dech, namun akhirnya tersenyum ramah juga
tujuan kedua adalah Burger Cooker.

Sidik Rizal - dobeldobel.com (disarikan dari berbagai sumber)
READ MORE - Gandaria Steak mau masuk ke De Koeliner?

Kamis, 10 September 2009

Obonk Steak and Ribs Jatiasih dan Bekasi Timur

Obonk Steak & Ribs Jatiasih - M. Hasibuan
Rasa Bintang lima Harga Kaki Lima
Lokal (Sirloin Steak, Tenderloin Steak, Chicken, T-Bone) Special Barbeque (Obonk, Ribs, Hot Tuna, Gindara & Cumi),  Import (Sirloin, Tenderloin, Ribs Eye), Crispy Steak, Drinks (Fresh Juice, Milk Juice, Float & Punch)

Jatiasih, kelanakuliner.com
Jauh sebelum peristiwa tertangkap dan ditembaknya pentolan yang diduga teroris di wilayah Jatiasih, saya sudah berusaha cari tahu apa seh kelebihan dari tempat yang memang terkenal cukup sepi ini. Wajar lah, kalau Jatiasih mulai dari pertigaan tol (depan Giant) hingga ke arah Komsen hingga tembus ke Bantar Gebang sebagai tempat yang lumayan sepi dan pastinya bisa dijadikan pilihan (alternatif) para teroris atau kamu pejabat menyimpan istri muda mereka...
Hehehehehe, becanda euy!

Untungnya Obonk Jatiasih nggak masuk wilayah abu-abu itu. Justru lokasi Obonk Jatiasih yang tepat di pojokan pertigaan jalan provinsi pintu Tol Jatiasih yang aksesnya dari dan ke Pekayon dan Pondokgede serta Bantar Gebang. Strategis banget... Apalagi ada banyak pabrik manufaktur di lokasi tersebut.

Adalah Obonk Jatiasih dan Obonk M. Hasibuan, dekat Radio M2 Bekasi di bawah pengawasan seorang manajer muda dengan pengalamn lebih dari 8 tahun bekerja di Obonk, bernama Sutrisno. Lelaki yang mempunyai tinggi nyaris 185 cm dan berperawakan atletis ini memang punya pengalaman yang tak kalah dengan para pengelola resto bertarah internasional. Lelaki kelahiran Jogja ini justru berangkat dari bawah sekali saat Obonk masih bernama Casper, Steaks and Ribs.

Adalah pemilik resto makanan ala barat ini, yang bernama Soegondo ingin mengembangkan produk makanan bercitarasa internasional dengan harga yang pas di kantong orang Indonesia. Khususnya berangkat dari kota yang memang akrab dengan wisatawan bule. Dengan konsep makan Eropa atau Amerika bercitarasa khas Jogja, tentunya bukan hal yang mudah, namun dengan belajar dari keinginan pelanggan, sang pemilik, Soegondo merubah-rubah konsep branding sehingga akhirnya terpilihlah merk Obonk. Menurut, Sutrisno, manajer otodidak yang telah lama mengabdi pada perusahan keluarga ini, bahwa nama Obonk sendiri diambil dari istilah bakar (obong dalam bahasa Jawa = bakar) untuk memasak makanan menu utama yang berupa steak, yang kemudian dipatenkan dengan merk Obonk.

Beberapa keluarga Soegondo, seperti anaknya juga membuka usaha seru[a dengan nama merk Warung Steak. Tapi melihat permintaan pasar yang tinggi dari beberpa investor, khususnya di luar pulau Jawa, akhirnya waralba lah yang jadi pilihan. Sedangkan untuk pulau Jawa, keluarga Soegondo lebih menyukai ekspansi dengan modal sendiri, walau ada yang berbagi hasil dengan rekanan, namun hal ini tidak dirinci oleh Sutrisno kepada kelanakuliner.com

Konsep Resto Keluarga yang Sukses Diterima Semua Kalangan

Sukses yang didapat Obonk ternyata bukan hal yang instan dan mudah, jelas Sutrisno. Manajer yang akhirnya mendapatkan jodohnya dari tempat bekerjanya ini, mengakui bahwa bagaimana dia berpindah-pindah dari satu cabang outlet Obonk yang baru saja dibuka. Jadi saya mungkin lebih sering ditugaskan oleh pimpinan sekaligus pemilik untuk membuka cabang baru dan setelah berjalan lancar barulah kemudian diserahkan kepada penerusnya di bawah bimbingannya. Bagi kelanakuliner.com sendiri hal ini adalah wajar, karena dengan penampilannya yang tinggi dan pengalamannya selama beberapa tahun telah membuktikan bahwa sebuah cabang rumah makan Obonk akan berjalan lancar dan baik bila tepat memilih harga pokok bahan pendukung dan menentukan harga jual yang sesuai dengan pasar. Itulah sebabnya setiap lokasi cabang Obonk memiliki kebijakan harga yang sesuai dengan harga dari bahan pendukung.

Yang disebut bahan pendukung, jelas Sutrisno lebih rinci adalah sayur-sayuran dan bumbu, sedangkan bahan utama tetap disuplai dari pusat dan import dari New Zealand serta Australia. Dulunya sempat didatangkan daging import dari Amerika, tapi karena ada masalah kasus penyakit Anthrax, maka dihentikan. Kini hanya diimport dari Australia dan Selandia Baru saja. Dan untuk menu-menu tertentu juga menggunakan dading lokal dengan persyaratan standard kualitas yang ketat dari pusat langsung dari Jogjakarta.

Obonk Jatiasih mempunyai kapasitas parkir yang lumayan luas dan sama dengan Obonk M. Hasibuan. Bila Obonk Jatiasih yang baru berusia kurang setahun ini tapi telah menunjukkan perkembangan yang sangat luar biasa. Mulai dari pelanggan yang kebanyakan adalah keluarga dan berkelompok atau komunitas tertentu. Seperti halnya Obonk M. Hasibuan yang berdekatan dengan Radio M2 tentunya pengunjung dari komunitas relatif lebih banyak pada hari-hari tertentu.

Terlepas dari itu semua, keberhasilan cabang Obonk baru memang banyak yang datang dari manajemen tangan dingin lelaki beranak dua ini. Sudah sepatutnyalah Sutrisno saya nilai mempunyai faktor tangan dingin dengan sekor di atas rata-rata dari seorang middle management yang telah dipercaya oleh sang owner dan top management untuk membuka usaha baru bagi Obonk. Di Obonk sendiri struktur organisasi manajemennya setiap manajer membawahi KO (Kepala Outlet) dan setiap KO diperbantukan oleh beberapa Penanggungjawab, seperti Penanggungjawab layanan (servis), Penanggungjawab Dapur (Produksi) dan Penanggungjawab Keuangan. Setiap cabang memiliki kebijakan belanja dan penganggaran yang berbeda sesuai dengan kondisi di masing-masing wilayah.

Sekarang bagaimana penilaian kelanakuliner.com terhadap menu utama Obonk. Menu yang disajikan dan jadi pilihan saya adalah Steak Original barbeque. Pilihan lain Brown Sauce sebenarnya hanya dibedakan oleh saus coklat yang berbahan dasar gula nira dan bumbu-bumbu rempah yang dituankan dengan disajikan secara hotplate. Kebetulan sudah terbiasa dengan sajian hotplate, maka saya mau mencoba Steak barbeque. Akhirnya adalah skor nilai 3,5 bintang untuk skala dari 1-5.

Daging import yang bagi saya memang jauh lebih bertekstur dan kenyal serta rasa bakarannya yang meresap ke dalam daging. Agak berbeda dengan daing lokal yang memang lebih juicy, sehingga daging lokal lebih cocok untuk steak crispy.

Untuk minumannya pun saya mencoba Obonk Punch. Padahal ada minuman favorit pilihan pelanggan, yakni chocolate milk shake, avocado milk shake. Saya justru mau mengetahui dan merasakan minuman unik yang tidak sering saya jumpai di lain tempat. Ternyata, Obonk punch, yang dibuat dari soda plus perasan jeruk lime serta sirup import sejenis Marjan yang entah merknya apa, tapi intinya rasanya begitu segar dan melegakan serta hilangkan rasa haus tenggorokan saya seketika. Untuk minuman saya pribadi bisa rekomendasikan buat Anda untuk dicoba, 3 bintang untuk skala 1-5.
Untuk minuman, Obonk tidak jauh berbeda dengan restoran lain yang menyediakan berbagai jenis jus buah dan minuman bersoda. Namun, di dalam daftar minuman terdapat sesuatu yang tidak ada di restoran lainnya, yaitu Obonk Punch dan Obonk Sparkling. Kalau Obonk Punch dibuat dari campuran soda, lemon, dan sirup jeruk, Obonk Sparkling terbuat dari Pepsi Blue yang dicampur dengan lemon, nanas, dan sirup jeruk. Mana yang lebih enak? Jawabannya tergantung selera Anda.

Bila suasana yang nyaman di Obonk M. Hasibuan lebih dominan buat keluarga dan komunitas tertentu sehingga ada ruang ber-AC yang Non-Smoking dan ruang bagi perokok, maka untuk Obonk Jatiasih, ada ruangan yang tatanan mejanya seperti sofa dan masuk menjorok ke dalam dengan sesekali terdengar suara musik yang pelan. Sayang di tempat itu tidak life music, tapi memang para pelanggan yang datang ke Obonk rata-rata adalah orang yang ingin makanan berat, bukan untuk sekadar duduk kongkow dan menikmati minuman kopi semata.

So bila Anda mau makan malam yang mengenyangkan dan tentunya dengan menu bergaya Eropa atau barat bersama keluarga dan kolega atau komunitas khusus Anda, maka pilihan Obonk M. Hasibuan bila Anda ada di sekitar Bekasi Timur, sedangkan bila Anda ada di sekitar Jatiasih, Bekasi Sletan dan sekitarnya, Obonk Jatiasih bisa saya rekomendasikan sebagi tempat dinner yang menyenangkan dengan harga pas di kantong Anda, dijamin!

Untuk reservasi Anda bisa menghubungi no telp berikut: 08151.4653.610
kontak persona Sutrisno.
Sidik Rizal - dobeldobel.com
-------------------------------------------------------------------------------------
Untuk Cabang lain anda bisa  dapatkan di kawasan Margonda Raya, Depok, cabangnya memang tersebar di seluruh penjuru kota Jakarta. Sekedar informasi, di Jakarta restoran ini memiliki 20 cabang. Di Jalan Margonda Raya saja, Obonk mempunyai dua cabang.

Buka sejak bulan November 2007, Obonk cabang Margonda ini tidak pernah sepi pengunjung. Selalu saja ada pelanggan yang datang untuk menikmati makanan khas Obonk. Dari nama restorannya saja, kita bisa langsung mengetahui bahwa makanan unggulan di restoran ini adalah steak. Berbagai macam jenis steak disediakan di sini. Namun, pengelola cabang ini mengakui bahwa steak favorit di Obonk ini adalah Ribs Steak. Menu ini menjadi favorit pelanggan Obonk karena rasa dan kelembutan dagingnya. Berbeda dengan menu yang lain, Ribs Steak ini terlebih dahulu direbus sebelum dibakar dengan arang.

Kalau Anda penasaran dengan rasa makanan dan minuman khas Obonk, silahkan datang dan rasakan sendiri. Restoran ini buka dari pukul sebelas siang sampai sebelas malam. Soal harga, Anda tidak perlu khawatir. Salah satu yang membuat Obonk terkenal adalah harganya yang terjangkau. Jadi, kalau Anda masih bingung mau makan di mana hari ini, kenapa tidak segera bergegas ke cabang restoran ini? (cdr)
----------------------------------------------------------------
Tulisan lain tentang Obonk
deckie @ www.benih.net.id



Sekali-sekali kita jalan dan pengen banget untuk memburu makanan dan atau minuman yang agak kebarat-baratan pun tidak menjadi suatu masalah kan. Yang menjadi masalah, soalnya banyak dari makanan (asli) barat mencapai harga yang cukup mahal dan cukup menguras isi dompet tentunya. Nah, kali ini kita bakalan mengulas habis salah satu depot atau warung atau rumah makan dan kalau tidak boleh kita sebut sebagai restoran, Obonk Steak & Ribs, tentu sudah tidak asing di telinga kita, bukan ?

Kebetulan yang kali ini menjadi korban pencicipan lidah dan citarasa saya adalah Obonk Steak & Ribs yang ada di jalan Salemba Tengah, tepat berada di depan RS. Thamrin Jakarta. Masuk ke lahan Obonk, kesan pertamanya, sumpek, ribet dan ga lega. Parkirannya membuat pening kepala para pengunjung yang kebetulan naik mobil. Mungkin hanya cukup untuk memarkir dua mobil saja, siasatnya, mari kita parkir di halaman parkir Rumah Sakit saja. Jalan sebentar bisa lebih aman dan ga pusing melihat sempitnya lahan parkiran. Tapi bagi para pengendara motor, ga perlu kuatir karena tersedia lahan parkir yang cukup.
Turun dari kendaraan, kita bisa melihat 3 set table di luar atau area outdoor yang memanfaatkan lahan teras rumah tersebut sebagai tempat bersantap. Sekali lagi, saya memutuskan untuk melangkah ke dalam warung itu saja, kenapa, karena kalau memilih makan diluar dipastikan bakal menjadi tontonan para mahasiswa BSI yang kebetulan juga berada di depan warung itu. Di dalam, kalau tidak salah hitung ada sekitar 10 atau lebih set table untuk empat orang di masing-masing table. Sederhana dan berusaha memanfaatkan space yang ada. AC ?? Ada, jangan kuatir kita tidak akan merasa kegerahan kok kalau makan di dalam. Smoking area ? All spots are available for smokers. Comment about this thing, No comment ah.
Sekarang mari kita memburu makanan dan minumannya. Sangat beragam, mulai dari appetizer sampai dengan hidangan penutupnya ada komplit. Nah kalau namanya saja ada embel-embel Steak & Ribsnya, tentu pikiran pertama kita akan berasumsi bahwa makanan paling lezat untuk disantap disitu adalah steak dan ribsnya dunk tentu saja. Tapi dugaan saya ternyata salah. Menu paling enak buat saya di situ ternyata hanya Chicken Wings nya saja. Yang lainnya, standard banget. Steak disajikan dalam kategori 3 olahan kalau tidak salah, steak BBQ, Hot Plate dan Steak Import. Yang paling enak, tentunya yang import. Jadi sensasi pengen mencicipi steak generik ala kocek yang masuk akal dan dengan cita rasa yang memuaskan, tidak berhasil dicapai oleh obonk. Sebut saja Beef atau Chicken atau tenderloin, sirloin, t-bone atau oxtongue sekalipun, semuanya terasa terlalu dipaksakan. Penyajian komposisi di atas piring atau plate yang akan kita santap, bisa menurunkan selera makan kita. Tidak rapi dan tercecer disana sini, seolah-olah sang penyaji sedang diburu hantu saat menatanya sehingga terkesan berantakan dan payah.
Cream soupnya boleh dicoba, tapi jangan lupa bilang jangan terlalu asin yah. Mungkin chef disitu masih lajang dan kebelet kawin kali. Atau tambahi merica aja kalau pengen menghantam asinnya dengan sensasi pedas menggigit. Chicken wings nya yummy dan empuk, makan aja chicken wings ini sama nasi, pasti kenyang kok. Jangan kuatir ada nasi putih dijual disini. Steak impor dibanderol sekitar 40ribuan lebih. Cukup murah untuk ukuran steak saji import, ga terlalu mengecewakan lah. Enak bisa bikin kenyang juga.
Minuman dan ice cream. Semuanya standard, dari yang ala sparkling, splash, juice atau es biasa, semuanya bisa diminum tapi kualitasnya masih biasa-biasa saja. Kurang mak nyuss. Ice creamnya, sama saja. Membuat gigi dan lidah dingin kelu bukanlah tujuan kita memakan es krim tentunya. Mungkin karena disesuaikan dengan harganya yah.
Pelayannya, cukup kooperatif kok, helpful juga, tapi sayangnya kenapa kebanyakan cowo nya yah, apa jangan-jangan apa memang hanya cowo yang diterima jadi pelayan di situ ? Entahlah. Elemen aksesories seperti poster atau handicraft untuk mempermanis tata interior sepertinya juga tidak diperhatikan. Terakhir kesana banyak poster atau gambar yang (entah sengaja atau tidak) dipasang miring ga karuan.
Bawa 50 ribu bisa makan kenyang berdua atau bertiga malahan. Berarti ga jauh beda sama pizza hut donk kalau gitu pricingnya ? Hahahaha
Terlepas dari review saya ini, cobalah mampir kesana, makan secicip dua cicip lalu bandingkan dengan penyedia steak lainnya yang menyasar segmen yang sama. Pilihlah, lidah ga akan bisa menipu selera kita kan ?
READ MORE - Obonk Steak and Ribs Jatiasih dan Bekasi Timur

Selasa, 08 September 2009

Soft Launching De Koeliner di tengah Bulan Puasa Diramaikan Pengunjung

Keinginan dan Harapan dalam Soft Launching De Koeliner Dipenuhi

Bekasi, Jatibening - KelanaKuliner.com
Hadirnya pihak keluarga besar tenant dan manajemen de Koeliner menyemarakkan soft launching dengan menu berbuka puasa yang lumayan ramai di hari Sabtu (7/Sept/2009) malam Minggu di Simpang 5 Tol Jatibening. Walau pada hari pertama operasi terlihat para karyawan baru sedikit agak kikuk dan berlum berjalan mulus seperti yang direncanakan, namun pembukaan awal pusat jajan serba ada De Koeliner lumayan meriah dan memuaskan.

Hadir beberapa rekan wartawan, dan saya sendiri, Sidik Kelana Rizal walau kali ini tidak bersama fotografer saya, Yudhi, saya cukup bisa merekam kegiatan berbuka yang memang cukup ramai karena dihadiri oleh keluarga besar tenant dan manajemen De Koeliner. Memperhatikan suasana yang tampak di awal pembukaan rumah makan dan pusat jajan serba ada yang berkonsep family resto and meeting point ini sepertinya akan bisa memenuhi target dalam waktu kurang dari satu tahun pertama.

Setelah memperhatikan di hari berikutnya Minggu (08/Sep/2009), saya mencatat bahwa animo masyarakat sudah mulai kelihatan walau belum banyak. Tapi peluang untuk diramaikan tempat jajan keluarga ini oleh masyarakat kelihatan cukup besar.

Penataan desain interior ruangan yang cukup apik dan asri walau belum selesai dan tuntas benar, menggambarkan nuansa hijau FresTea yang sangat dominan (maklum aja sponsor utama man!)

Di pintu muka (gerbang utama) para pengunjung akan disambut dengan tembok kasir yang tertata sedemikian rupa agar pengunjung yang keluar masuk bisa langsung disambut manajemen dan kru De Koeliner. Sementara di samping kanan kiri sekat-sekat bagi tenant dihiasi oleh lampu-lampu lumayan terang dan terpampang display nama dari masing-masing resto dan sajian yang akan dihidangkan buat para pelanggan.

Dan dari 20 tenant yang ada 5 tenant menyajikan menu internasional seperti, Chinese Cuisine dengan Bakmie, dan Seafoodnya, Japanese dengan Teppanyaki, European dan Pizza dari Itali, dan American Western Food dengan Burgernya. Sedangkan sisanya menyajikan masakan khas Nusantara. Ini berarti bagi para pelanggan yang datang bersama keluarga maka mereka akan dimanjakan seperti sedang berkunjung di tengah keluarga mereka di daerah asal yang tentunya menunya bisa dipilih sendiri sesuai selera. Sedangkan bagi para remaja dan ABG mereka bisa bebas memilih masakan internasional dan tentunya dengan harga terjangkau oleh kocek mereka.

Suasana yang ditawarkan pun memenuhi semua kalangan, misalnya untuk keluarga maka dengan penataan letak meja kursi di tengah ruangan dan pencahayaan lampu yang lumayan terang membuat setiap anggota keluarga bisa dengan jelas saling memperhatikan ekspresi mereka sendiri. Sedangkan buat kaum muda baik yang sedang berpasangan dan berkumpul dengan rekan mereka, maka ada lokasi yang didesain sedemikian rupa sehingga penataan lampu dengan cahaya temaram yang bukan saja menimbulkan suasana romantis, tapi juga membuat suasana lumayan nyaman (cozy juga seh.... hehehehehe kapan-kapan gue mau bawa selingkuhan atau adek ketemu gede istri dan anak ke sini aaah! - ).

Oh ya masalah harga, saya sudah mencoba minuman ringan dan jus. Karena bagi saya nilai dari satu resto atau pujasera adalah dari harga minuman standarnya. Bila minuman saja sudah terjangkau, maka bisa dipastikan makanannya pun biasanya juga terjangkau.Sayang kecepatan layanan masih kurang, tapi menurut Yoga sang General Manager, hal ini dikarenakan hari pertama, mesin cash register dan sistem manajemen satu atap kasir baru berjalan pertama kali. Jadi wajarlah, toh nantinya sistem akan berjalan dengan mulus, tentunya dengan kecepatan dan pelayanan yang menyenangkan.

Hmmmm, saya juga bisa memilih beragam masakan dari seluruh nusantara. Bahkan kalau perlu memesan beberapa menu sesuai kekuatan perut dan kantong saya. Sayang masih ada beberapa ruangan tenant yang belum terisi. Menurut Pras, sang pemilik, hal ini dikarenakan ada halangan sakit yang dialami oleh tenant. Saya pun memakluminya, biasalah!

Sayang promosinya yang masih dalam bentuk below the line, yakni penyebaran leaflet, pembuatan giant banner dan media placementnya pun baru bersifat pemasangan iklan di media komunitas lokal. Namun begitu, pihak manajemen dan pemilik sudah bersepakat dan merencanakan akan membuat media promosi secara online dibantu oleh sponsor utama Frestea dari Cocacola Amatil Bottling Co. Wah kalau bener ini didukung penuh oleh sponsor utama, pasti akan memacu usaha kuliner ini di daerah lain. Kita tunggu saja kiprah para pengusaha lokal kita di daerah lain.

Sayang dalam tulisan ini saya belum bisa menulis tentang sajian utama dan icon unik apakah yang tepat bagi pujasera De Koeliner Jatibening ini. Apakah lokasinya yang unik, atau Cefnya yang sengaja didatangkan khusus oleh sang pemilik dan manajemen De Koeliner, atau harganya yang sangat ekonomis, atau mungkin nanti komunitas tertentu yang meilih tempat ini sebagai meeting point... Kita lihat perkembangannya nanti.

Sidik Rizal - dobeldobel.com
READ MORE - Soft Launching De Koeliner di tengah Bulan Puasa Diramaikan Pengunjung