Obonk Steak & Ribs Jatiasih - M. Hasibuan
Rasa Bintang lima Harga Kaki Lima
Lokal (Sirloin Steak, Tenderloin Steak, Chicken, T-Bone) Special Barbeque (Obonk, Ribs, Hot Tuna, Gindara & Cumi), Import (Sirloin, Tenderloin, Ribs Eye), Crispy Steak, Drinks (Fresh Juice, Milk Juice, Float & Punch) Jatiasih,
kelanakuliner.comJauh sebelum peristiwa tertangkap dan ditembaknya pentolan yang diduga teroris di wilayah Jatiasih, saya sudah berusaha cari tahu apa seh kelebihan dari tempat yang memang terkenal cukup sepi ini. Wajar lah, kalau Jatiasih mulai dari pertigaan tol (depan Giant) hingga ke arah Komsen hingga tembus ke Bantar Gebang sebagai tempat yang lumayan sepi dan pastinya bisa dijadikan pilihan (alternatif) para teroris atau kamu pejabat menyimpan istri muda mereka...
Hehehehehe, becanda euy!
Untungnya Obonk Jatiasih nggak masuk wilayah abu-abu itu. Justru lokasi Obonk Jatiasih yang tepat di pojokan pertigaan jalan provinsi pintu Tol Jatiasih yang aksesnya dari dan ke Pekayon dan Pondokgede serta Bantar Gebang. Strategis banget... Apalagi ada banyak pabrik manufaktur di lokasi tersebut.
Adalah Obonk Jatiasih dan Obonk M. Hasibuan, dekat Radio M2 Bekasi di bawah pengawasan seorang manajer muda dengan pengalamn lebih dari 8 tahun bekerja di Obonk, bernama Sutrisno. Lelaki yang mempunyai tinggi nyaris 185 cm dan berperawakan atletis ini memang punya pengalaman yang tak kalah dengan para pengelola resto bertarah internasional. Lelaki kelahiran Jogja ini justru berangkat dari bawah sekali saat Obonk masih bernama Casper, Steaks and Ribs.
Adalah pemilik resto makanan ala barat ini, yang bernama Soegondo ingin mengembangkan produk makanan bercitarasa internasional dengan harga yang pas di kantong orang Indonesia. Khususnya berangkat dari kota yang memang akrab dengan wisatawan bule. Dengan konsep makan Eropa atau Amerika bercitarasa khas Jogja, tentunya bukan hal yang mudah, namun dengan belajar dari keinginan pelanggan, sang pemilik, Soegondo merubah-rubah konsep branding sehingga akhirnya terpilihlah merk Obonk. Menurut, Sutrisno, manajer otodidak yang telah lama mengabdi pada perusahan keluarga ini, bahwa nama Obonk sendiri diambil dari istilah bakar (obong dalam bahasa Jawa = bakar) untuk memasak makanan menu utama yang berupa steak, yang kemudian dipatenkan dengan merk Obonk.
Beberapa keluarga Soegondo, seperti anaknya juga membuka usaha seru[a dengan nama merk Warung Steak. Tapi melihat permintaan pasar yang tinggi dari beberpa investor, khususnya di luar pulau Jawa, akhirnya waralba lah yang jadi pilihan. Sedangkan untuk pulau Jawa, keluarga Soegondo lebih menyukai ekspansi dengan modal sendiri, walau ada yang berbagi hasil dengan rekanan, namun hal ini tidak dirinci oleh Sutrisno kepada kelanakuliner.com
Konsep Resto Keluarga yang Sukses Diterima Semua KalanganSukses yang didapat Obonk ternyata bukan hal yang instan dan mudah, jelas Sutrisno. Manajer yang akhirnya mendapatkan jodohnya dari tempat bekerjanya ini, mengakui bahwa bagaimana dia berpindah-pindah dari satu cabang outlet Obonk yang baru saja dibuka. Jadi saya mungkin lebih sering ditugaskan oleh pimpinan sekaligus pemilik untuk membuka cabang baru dan setelah berjalan lancar barulah kemudian diserahkan kepada penerusnya di bawah bimbingannya. Bagi kelanakuliner.com sendiri hal ini adalah wajar, karena dengan penampilannya yang tinggi dan pengalamannya selama beberapa tahun telah membuktikan bahwa sebuah cabang rumah makan Obonk akan berjalan lancar dan baik bila tepat memilih harga pokok bahan pendukung dan menentukan harga jual yang sesuai dengan pasar. Itulah sebabnya setiap lokasi cabang Obonk memiliki kebijakan harga yang sesuai dengan harga dari bahan pendukung.
Yang disebut bahan pendukung, jelas Sutrisno lebih rinci adalah sayur-sayuran dan bumbu, sedangkan bahan utama tetap disuplai dari pusat dan import dari New Zealand serta Australia. Dulunya sempat didatangkan daging import dari Amerika, tapi karena ada masalah kasus penyakit Anthrax, maka dihentikan. Kini hanya diimport dari Australia dan Selandia Baru saja. Dan untuk menu-menu tertentu juga menggunakan dading lokal dengan persyaratan standard kualitas yang ketat dari pusat langsung dari Jogjakarta.
Obonk Jatiasih mempunyai kapasitas parkir yang lumayan luas dan sama dengan Obonk M. Hasibuan. Bila Obonk Jatiasih yang baru berusia kurang setahun ini tapi telah menunjukkan perkembangan yang sangat luar biasa. Mulai dari pelanggan yang kebanyakan adalah keluarga dan berkelompok atau komunitas tertentu. Seperti halnya Obonk M. Hasibuan yang berdekatan dengan Radio M2 tentunya pengunjung dari komunitas relatif lebih banyak pada hari-hari tertentu.
Terlepas dari itu semua, keberhasilan cabang Obonk baru memang banyak yang datang dari manajemen tangan dingin lelaki beranak dua ini. Sudah sepatutnyalah Sutrisno saya nilai mempunyai faktor tangan dingin dengan sekor di atas rata-rata dari seorang middle management yang telah dipercaya oleh sang owner dan top management untuk membuka usaha baru bagi Obonk. Di Obonk sendiri struktur organisasi manajemennya setiap manajer membawahi KO (Kepala Outlet) dan setiap KO diperbantukan oleh beberapa Penanggungjawab, seperti Penanggungjawab layanan (servis), Penanggungjawab Dapur (Produksi) dan Penanggungjawab Keuangan. Setiap cabang memiliki kebijakan belanja dan penganggaran yang berbeda sesuai dengan kondisi di masing-masing wilayah.
Sekarang bagaimana penilaian kelanakuliner.com terhadap menu utama Obonk. Menu yang disajikan dan jadi pilihan saya adalah Steak Original barbeque. Pilihan lain Brown Sauce sebenarnya hanya dibedakan oleh saus coklat yang berbahan dasar gula nira dan bumbu-bumbu rempah yang dituankan dengan disajikan secara hotplate. Kebetulan sudah terbiasa dengan sajian hotplate, maka saya mau mencoba Steak barbeque. Akhirnya adalah skor nilai 3,5 bintang untuk skala dari 1-5.
Daging import yang bagi saya memang jauh lebih bertekstur dan kenyal serta rasa bakarannya yang meresap ke dalam daging. Agak berbeda dengan daing lokal yang memang lebih juicy, sehingga daging lokal lebih cocok untuk steak crispy.
Untuk minumannya pun saya mencoba Obonk Punch. Padahal ada minuman favorit pilihan pelanggan, yakni chocolate milk shake, avocado milk shake. Saya justru mau mengetahui dan merasakan minuman unik yang tidak sering saya jumpai di lain tempat. Ternyata, Obonk punch, yang dibuat dari soda plus perasan jeruk lime serta sirup import sejenis Marjan yang entah merknya apa, tapi intinya rasanya begitu segar dan melegakan serta hilangkan rasa haus tenggorokan saya seketika. Untuk minuman saya pribadi bisa rekomendasikan buat Anda untuk dicoba, 3 bintang untuk skala 1-5.
Untuk minuman, Obonk tidak jauh berbeda dengan restoran lain yang menyediakan berbagai jenis jus buah dan minuman bersoda. Namun, di dalam daftar minuman terdapat sesuatu yang tidak ada di restoran lainnya, yaitu Obonk Punch dan Obonk Sparkling. Kalau Obonk Punch dibuat dari campuran soda, lemon, dan sirup jeruk, Obonk Sparkling terbuat dari Pepsi Blue yang dicampur dengan lemon, nanas, dan sirup jeruk. Mana yang lebih enak? Jawabannya tergantung selera Anda.
Bila suasana yang nyaman di Obonk M. Hasibuan lebih dominan buat keluarga dan komunitas tertentu sehingga ada ruang ber-AC yang Non-Smoking dan ruang bagi perokok, maka untuk Obonk Jatiasih, ada ruangan yang tatanan mejanya seperti sofa dan masuk menjorok ke dalam dengan sesekali terdengar suara musik yang pelan. Sayang di tempat itu tidak life music, tapi memang para pelanggan yang datang ke Obonk rata-rata adalah orang yang ingin makanan berat, bukan untuk sekadar duduk kongkow dan menikmati minuman kopi semata.
So bila Anda mau makan malam yang mengenyangkan dan tentunya dengan menu bergaya Eropa atau barat bersama keluarga dan kolega atau komunitas khusus Anda, maka pilihan Obonk M. Hasibuan bila Anda ada di sekitar Bekasi Timur, sedangkan bila Anda ada di sekitar Jatiasih, Bekasi Sletan dan sekitarnya, Obonk Jatiasih bisa saya rekomendasikan sebagi tempat dinner yang menyenangkan dengan harga pas di kantong Anda, dijamin!
Untuk reservasi Anda bisa menghubungi no telp berikut:
08151.4653.610kontak persona Sutrisno.
Sidik Rizal - dobeldobel.com-------------------------------------------------------------------------------------
Untuk Cabang lain anda bisa dapatkan di kawasan Margonda Raya, Depok, cabangnya memang tersebar di seluruh penjuru kota Jakarta. Sekedar informasi, di Jakarta restoran ini memiliki 20 cabang. Di Jalan Margonda Raya saja, Obonk mempunyai dua cabang.
Buka sejak bulan November 2007, Obonk cabang Margonda ini tidak pernah sepi pengunjung. Selalu saja ada pelanggan yang datang untuk menikmati makanan khas Obonk. Dari nama restorannya saja, kita bisa langsung mengetahui bahwa makanan unggulan di restoran ini adalah steak. Berbagai macam jenis steak disediakan di sini. Namun, pengelola cabang ini mengakui bahwa steak favorit di Obonk ini adalah Ribs Steak. Menu ini menjadi favorit pelanggan Obonk karena rasa dan kelembutan dagingnya. Berbeda dengan menu yang lain, Ribs Steak ini terlebih dahulu direbus sebelum dibakar dengan arang.
Kalau Anda penasaran dengan rasa makanan dan minuman khas Obonk, silahkan datang dan rasakan sendiri. Restoran ini buka dari pukul sebelas siang sampai sebelas malam. Soal harga, Anda tidak perlu khawatir. Salah satu yang membuat Obonk terkenal adalah harganya yang terjangkau. Jadi, kalau Anda masih bingung mau makan di mana hari ini, kenapa tidak segera bergegas ke cabang restoran ini?
(cdr)----------------------------------------------------------------
Tulisan lain tentang Obonk
deckie @ www.benih.net.id
Sekali-sekali kita jalan dan pengen banget untuk memburu makanan dan atau minuman yang agak kebarat-baratan pun tidak menjadi suatu masalah kan. Yang menjadi masalah, soalnya banyak dari makanan (asli) barat mencapai harga yang cukup mahal dan cukup menguras isi dompet tentunya. Nah, kali ini kita bakalan mengulas habis salah satu depot atau warung atau rumah makan dan kalau tidak boleh kita sebut sebagai restoran, Obonk Steak & Ribs, tentu sudah tidak asing di telinga kita, bukan ?
Kebetulan yang kali ini menjadi korban pencicipan lidah dan citarasa saya adalah Obonk Steak & Ribs yang ada di jalan Salemba Tengah, tepat berada di depan RS. Thamrin Jakarta. Masuk ke lahan Obonk, kesan pertamanya, sumpek, ribet dan ga lega. Parkirannya membuat pening kepala para pengunjung yang kebetulan naik mobil. Mungkin hanya cukup untuk memarkir dua mobil saja, siasatnya, mari kita parkir di halaman parkir Rumah Sakit saja. Jalan sebentar bisa lebih aman dan ga pusing melihat sempitnya lahan parkiran. Tapi bagi para pengendara motor, ga perlu kuatir karena tersedia lahan parkir yang cukup.
Turun dari kendaraan, kita bisa melihat 3 set table di luar atau area outdoor yang memanfaatkan lahan teras rumah tersebut sebagai tempat bersantap. Sekali lagi, saya memutuskan untuk melangkah ke dalam warung itu saja, kenapa, karena kalau memilih makan diluar dipastikan bakal menjadi tontonan para mahasiswa BSI yang kebetulan juga berada di depan warung itu. Di dalam, kalau tidak salah hitung ada sekitar 10 atau lebih set table untuk empat orang di masing-masing table. Sederhana dan berusaha memanfaatkan space yang ada. AC ?? Ada, jangan kuatir kita tidak akan merasa kegerahan kok kalau makan di dalam. Smoking area ? All spots are available for smokers. Comment about this thing, No comment ah.
Sekarang mari kita memburu makanan dan minumannya. Sangat beragam, mulai dari appetizer sampai dengan hidangan penutupnya ada komplit. Nah kalau namanya saja ada embel-embel Steak & Ribsnya, tentu pikiran pertama kita akan berasumsi bahwa makanan paling lezat untuk disantap disitu adalah steak dan ribsnya dunk tentu saja. Tapi dugaan saya ternyata salah. Menu paling enak buat saya di situ ternyata hanya Chicken Wings nya saja. Yang lainnya, standard banget. Steak disajikan dalam kategori 3 olahan kalau tidak salah, steak BBQ, Hot Plate dan Steak Import. Yang paling enak, tentunya yang import. Jadi sensasi pengen mencicipi steak generik ala kocek yang masuk akal dan dengan cita rasa yang memuaskan, tidak berhasil dicapai oleh obonk. Sebut saja Beef atau Chicken atau tenderloin, sirloin, t-bone atau oxtongue sekalipun, semuanya terasa terlalu dipaksakan. Penyajian komposisi di atas piring atau plate yang akan kita santap, bisa menurunkan selera makan kita. Tidak rapi dan tercecer disana sini, seolah-olah sang penyaji sedang diburu hantu saat menatanya sehingga terkesan berantakan dan payah.
Cream soupnya boleh dicoba, tapi jangan lupa bilang jangan terlalu asin yah. Mungkin chef disitu masih lajang dan kebelet kawin kali. Atau tambahi merica aja kalau pengen menghantam asinnya dengan sensasi pedas menggigit. Chicken wings nya yummy dan empuk, makan aja chicken wings ini sama nasi, pasti kenyang kok. Jangan kuatir ada nasi putih dijual disini. Steak impor dibanderol sekitar 40ribuan lebih. Cukup murah untuk ukuran steak saji import, ga terlalu mengecewakan lah. Enak bisa bikin kenyang juga.
Minuman dan ice cream. Semuanya standard, dari yang ala sparkling, splash, juice atau es biasa, semuanya bisa diminum tapi kualitasnya masih biasa-biasa saja. Kurang mak nyuss. Ice creamnya, sama saja. Membuat gigi dan lidah dingin kelu bukanlah tujuan kita memakan es krim tentunya. Mungkin karena disesuaikan dengan harganya yah.
Pelayannya, cukup kooperatif kok, helpful juga, tapi sayangnya kenapa kebanyakan cowo nya yah, apa jangan-jangan apa memang hanya cowo yang diterima jadi pelayan di situ ? Entahlah. Elemen aksesories seperti poster atau handicraft untuk mempermanis tata interior sepertinya juga tidak diperhatikan. Terakhir kesana banyak poster atau gambar yang (entah sengaja atau tidak) dipasang miring ga karuan.
Bawa 50 ribu bisa makan kenyang berdua atau bertiga malahan. Berarti ga jauh beda sama pizza hut donk kalau gitu pricingnya ? Hahahaha
Terlepas dari review saya ini, cobalah mampir kesana, makan secicip dua cicip lalu bandingkan dengan penyedia steak lainnya yang menyasar segmen yang sama. Pilihlah, lidah ga akan bisa menipu selera kita kan ?